Bismillahirrohmanirrohim,Allohumma sholli wasallim ‘ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi waashabihi ajma’in,Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memelihara dan mengijinkan NKRI masih hidup,masih terukir dalam nama-nama bangsa-bangsa didunia.Indonesia adalah sebuah Negara kaya raya yang seluruh rakyatnya belum pernah merasakan kenikmatan dan merasakan kekayaan negeri yang katanya merupakan negeri kolam susu ini.
Negara yang telah berusia lebih dari 65 tahun telah banyak melewati dinamika politik yang merupakan proses pendewasaan menuju Negara yang memiliki kedewasaan dalam bersikap,setiap 5 tahun sekali pada umumnya Negara ini menyelenggarakan sebuah pesta akbar demokrasi atau pemilu baik legislative,presiden,bahkan pemilihan kepala daerah juga dilaksanakan secara langsung dinegeri ini,belum lagi pemilihan kecil-kecilan dari pemilihan kepala desa,ketua rt,ketua rw hingga ili-ili(pengatur air diirigasi kampong) juga dipilih melalui pemilihan langsung,singkat kata negeri ini benar-benar negeri Pemilu.
Tak terhitung begitu banyak uang rakyat yang digelontorkan untuk membiayai pesta demokrasi yang kata Undang-undang Luber dan Jurdil ini,baik dari APBDes,APBD,maupun APBN,triliyunan rupiah disebar ke pelosok daerah untuk membiayai pesta demokrasi ini,pada tulisan kali ini saya akan berbicara tentang pemilihan yang ‘agak gedhe’ yaitu legislative,pilkada,hingga presiden dengan sedikit membandingkan pada kultur masyarakat ketika pilihan langsung kecil-kecilan seperti Pilkades.
Biasanya begitu memasuki musim pemilu ada beberapa pihak yang sangat senang dan beberapa pihak yang sangat sedih,diantara mereka yang sangat senang adalah para botoh,penjudi,konveksi,percetakan,hingga anggota KPU dan Panwas(bisa senang bisa sedih),dan beberapa pihak lain yang memanfaatkan pemilu sebagai ajang cari untung.Ketika para calon mulai muncul para botoh berseliweran kesana kemari mencari sang calon memberi dukungan tapi juga minta imbalan berupa uang meskipun secara terang-terangan maupun tidak secara terang-terangan,payahnya banyak diantara mereka yang hanya merupakan penjilat semua calon didatangi didukung dimintai uang transport,pada akhirnya mereka berlepas diri dari semua calon.Na’udzubillahimindzalik…………
Ketika Masa kampanye tiba,sang calon berlomba-lomba untuk berkampanye berteriak-teriak,mengumpulkan massa,memohon do’a restu,bahkan bagi-bagi dhuwit dan sembako pun dilakoni hanya demi untuk memenangi sebuah pemilihan,indikasi ini sebenarnya terlihat dari tingkat peredaraan uang yang PASTI naik ketika musim pemilihan…hahaha.Sayangnya kita semua sudah terbiasa dengan keadaan semacam ini sehingga tidak pernah gotrak tatkala kejadian ini berulang kali terjadi.
Negara yang telah berusia lebih dari 65 tahun telah banyak melewati dinamika politik yang merupakan proses pendewasaan menuju Negara yang memiliki kedewasaan dalam bersikap,setiap 5 tahun sekali pada umumnya Negara ini menyelenggarakan sebuah pesta akbar demokrasi atau pemilu baik legislative,presiden,bahkan pemilihan kepala daerah juga dilaksanakan secara langsung dinegeri ini,belum lagi pemilihan kecil-kecilan dari pemilihan kepala desa,ketua rt,ketua rw hingga ili-ili(pengatur air diirigasi kampong) juga dipilih melalui pemilihan langsung,singkat kata negeri ini benar-benar negeri Pemilu.
Tak terhitung begitu banyak uang rakyat yang digelontorkan untuk membiayai pesta demokrasi yang kata Undang-undang Luber dan Jurdil ini,baik dari APBDes,APBD,maupun APBN,triliyunan rupiah disebar ke pelosok daerah untuk membiayai pesta demokrasi ini,pada tulisan kali ini saya akan berbicara tentang pemilihan yang ‘agak gedhe’ yaitu legislative,pilkada,hingga presiden dengan sedikit membandingkan pada kultur masyarakat ketika pilihan langsung kecil-kecilan seperti Pilkades.
Biasanya begitu memasuki musim pemilu ada beberapa pihak yang sangat senang dan beberapa pihak yang sangat sedih,diantara mereka yang sangat senang adalah para botoh,penjudi,konveksi,percetakan,hingga anggota KPU dan Panwas(bisa senang bisa sedih),dan beberapa pihak lain yang memanfaatkan pemilu sebagai ajang cari untung.Ketika para calon mulai muncul para botoh berseliweran kesana kemari mencari sang calon memberi dukungan tapi juga minta imbalan berupa uang meskipun secara terang-terangan maupun tidak secara terang-terangan,payahnya banyak diantara mereka yang hanya merupakan penjilat semua calon didatangi didukung dimintai uang transport,pada akhirnya mereka berlepas diri dari semua calon.Na’udzubillahimindzalik…………
Ketika Masa kampanye tiba,sang calon berlomba-lomba untuk berkampanye berteriak-teriak,mengumpulkan massa,memohon do’a restu,bahkan bagi-bagi dhuwit dan sembako pun dilakoni hanya demi untuk memenangi sebuah pemilihan,indikasi ini sebenarnya terlihat dari tingkat peredaraan uang yang PASTI naik ketika musim pemilihan…hahaha.Sayangnya kita semua sudah terbiasa dengan keadaan semacam ini sehingga tidak pernah gotrak tatkala kejadian ini berulang kali terjadi.